TUGAS PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN PRODUK
OLEH:
RIZKA SAFITRA
D 221 10 253
PROGRAM STUDI TEKNIK
INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
Berikut ini adalah contoh Studi Kasus tentang Blue Ocean, Green QFD, dan Cara penyelesaiannya.
1.
Sebutkan dan jelaskan satu studi kasus
mengenai strategi blue ocean?
“ MODEL PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM
INFORMASI PADA INDUSTRI PENYIARAN TELEVISI DENGAN PENDEKATAN BLUE
OCEAN STRATEGY DAN BALANCED SCORECARD ”
Semakin
tingginya persaingan perusahaan media penyiaran di Indonesia saat ini,
khususnya televisi, memunculkan kebutuhan strategi bisnis untuk bertahan.
Hampir semua media penyiaran memanfaatkan TI dalam kegiatan operasionalnya.
Akan tetapi kemampuan perencanaan, pengelolaan dan implementasi SI/TI yang
dikaitkan dengan strategi bisnis perusahaan masih kurang diterapkan. Hal ini
terlihat dari output program siaran dari setiap stasiun TV memilik corak dan
ragam yang sama. Diferensiasi dan inovasi produk tidak muncul dimana antara
satu stasiun dengan stasiun lainnya menghasilkan produk yang serupa tapi tak
sama. Padahal audien mereka terdiri dari berbagai lapisan, budaya dan latar
belakang sosial, yang pasti mempunyai selera yang berbeda dan ini merupakan peluang
yang perlu digarap lebih cermat. Perencanaan Strategis Sistem Informasi kini
merupakan salah satu kunci dalam pencapaian sasaran perusahaan, karena harus
selaras dengan strategi bisnis yang dijalankan. Model Perencanaan Strategis
Sistem Informasi yang akan dibahas dalam kajian ini adalah menggunakan strategi
bisnis Blue Ocean Strategy (BOS) diintegrasikan dengan Balanced Scorecard
(BSC). Dengan sifat-sifat pada BOS dan BSC, model ini menjawab kebutuhan model
Perencanaan Strategis Sistem Informasi pada industri media televisi yang
berkarakteristik dinamis, inovatif, dan tingkat persaingan tinggi dengan hasil
pencapaian yang terukur dan komprehensif. Model ini di implementasikan dalam
PSSI TV Anak Space Toon. Hasil kajian menunjukkan sebuah model PSSI industri
penyiaran TV yang selaras dengan strategi bisnisnya. Komponen-komponen industri
penyiaran yang tertangkap dalam kurva nilai BOS dipetakan kedalam 4 perspektif
BSC, yaitu persepektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal,
pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil pemetaan ini selanjutnya mengelaborasi
kebutuhan SI/TI sejalan dengan strategi bisnis BOS menggunakan empat perspektif
BSC. Kebutuhan SI/TI yang muncul kemudian di inventarisir untuk dijalankan
sesuai dengan manajemen strategis SI/TI-nya.
2. Sebutkan dan
jelaskan studi kasus mengenai Green QFD?
“ PENGEMBANGAN PRODUK KURSI MAKAN PADA UKM PENGRAJIN ROTAN DOMAS DENGAN METODE GREEN QFD II “
UKM adalah kegiatan
ekonomi yang mendominasi struktur perekonomian Indonesia. Situasi persaingan
yang semakin ketat, menuntut industri kecil perlu membekali
diri agar mampu bersaing
dengan produk lainnya yang sejenis di pasaran. Oleh karena itu perlu mengembangkan
kualitas produk UKM berdasar kebutuhan dan keinginan konsumen yang sekarang
mulai mengarah pada produk yang ramah lingkungan (green consumer).
Pada penelitian ini
dilakukan studi untuk mengevaluasi konsep produk dengan menggunakan Green QFD
II. Metode ini tidak hanya mempertimbangkan aspek kualitas tetapi juga
memperhatikan aspek lingkungan dan biaya ke dalam matriks-matriksnya. Ketiga
aspek tersebut masing-masing dijabarkan dalam House of Quality, Green
House, dan Cost House. Pada Green QFD II ini
digunakan matriks Concept Comparison House (CCH) yang
mampu mengintegrasikan aspek kualitas, lingkungan, dan biaya. Obyek yang
diamati adalah produk komoditas utama UKM yaitu kursi makan.
Tujuan utama dari
penelitian ini adalah memahami proses desain dan pengembangan produk yang
memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen (customer needs and
wants), ramah terhadap lingkungan (green), dan ekonomis. Dengan
harapan perbaikan dari produk UKM ini akan dapat meningkatkan semangat ekonomi
kreatif masyarakat dan meningkatkan daya saing produk lokal dengan produk
buatan luar negeri.
Tahap I :
Mengidentifikasi technical response
Tujuan dari fase ini
adalah untuk mengidentifikasi technical response kualitas,
lingkungan, dan biaya melalui analisis yang didasarkan pada produk,
permintaan-permintaan pada technical response ini kemudian
digunakan untuk mengembangkan konsep produk baru. Pada fase ini dibuat tiga house yaitu
:
• House of
Quality (HOQ), berisi VOC, Green House (GH), dari
LCA, dan Cost House (CH), dari LCC
Fase II: Membangkitkan
konsep produk
Tujuan dari fase ini
adalah untuk mengembangkan sederetan alternatif konsep produk untuk memenuhi
permintaan yang telah ditentukan dalam fase I. Konsep-konsep tersebut dan garis
mendasar konsep produk di evaluasi untuk memilih konsep rancangan produk melalui Concept
Comparison House (CCH).
3. Jelaskan :
a. Karakteristik Produk?
Karakteristik produk adalah suatu pola
yang akan menentukan suatu produk layak untuk dikonsumsi atau tidak atau
kondisi yang berbeda / khusus suatu produk dari para pesaing yang dapat
ditawarkan kepada para pelanggan untuk memenuhi kebutuhan.
b. Nilai (Value produk)?
Nilai (Value) dari suatu produk
dapat didefinisikan sebagai ratio antara apa yang konsumen dapatkan dan apa
yang konsumen berikan.
c. Konsep
Produk?
Konsep produk adalah dimana konsumen
akan menyukai produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang
terbaik. Disini Tugas manajemen adalah membuat produk
berkualitas, karena konsumen dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam
penampilan dengan ciri – ciri terbaik.
d. Fase-fase
dalam pengembangan produk?
Proses pengembangan
produk (Ulrich-Eppinger, 2001) dalam suatu perusahaan umumnya melalui 6 tahapan
proses, antara lain adalah :
1. Fase 0 : Perencanaan Produk
Kegiatan perencanaan
sering dirujuk sebagai “zero fase” karena kegiatan ini mendahului persetujuan
proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
2.Fase 1 : Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan
konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk
dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk
pengembangan dan percobaan lebih jauh.
3.Fase 2 : Perancangan Tingkat Sistem
Fase perancangan tingkat
sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi
subsistem-subsistem serta komponen-komponen
4.Fase 3 : Perancangan Detail
Fase perancangan detail
mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransitoleransi dari
seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar
yang dibeli dari pemasok.
5.Fase 4 : Pengujian dan Perbaikan
Fase pengujian dan
perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi
awal produk.
6.Fase 5 : Produksi Awal
Pada fase produksi awal,
produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari
produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan
permasalahan yang timbul pada proses produksi sesungguhnya. Peralihan dari
produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada
beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan
untuk didistribusikan
f. Ethnography?
Ethnography adalah suatu studi atau riset
tentang perilaku masyarakat atau konsumen yang dipelajari langsung dari
habitatnya atau lingkungan aslinya.
g.Voc (voice of customer)?
Voice of Customer (VOC) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
melambangkan proses mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan atau diharapkan
oleh konsumen mengenai suatu produk. VOC biasanya digunakan ketika akan membuat
produk baru.
4. Soal Studi Kasus :
a.Jelaskan perencanaan dan
perancangan produk PT Eastern Pearl Flour Mills (EPFM) secara umum?
“ PT. Easter Pearl Flour Mills “
Perusahaan ini telah
berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang industri terigu dan saat ini telah
mengoperasikan 2 pabrik penggilingan gandum dengan mempekerjakan lebih dari 500
karyawan. Sea Side Plant beroperasi sejak tahun 1972 dengan kapasitas awal 900
M ton per hari (2 lini).
PT EPFM adala adalah
pabriknya sedangkan perusahaannya itu berada di Plaza Lippo lt.6 Jl.Jend.Sudirman
kav.25, Jakarta 12920, Dan pabriknya di Makasar Jl.Hatta No.302, Makassar
90164, Sulawesi Selatan – Makasar.
Visi PT. EPFM adalah
menjadi perusahaan penghasil tepung terigu kelas dunia yang memberikan mutu
yang konsisten, untuk memenuhi kepuasaan pelanggan. Misi PT. EPFM adalah
berkomitmen penuh terhadap produk yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan
melalui penerapan sistem pengendalian manajemen yang baik. Sasaran PT.
EPFM adalah kualitas produk yang konsisten, pengiriman produk yang
tepat waktu, kepuasaan pelanggan dan peningkatan kualitas produk secara
berkesinambungan.
PT. Eastern Pearl Flour
Mills (EPFM) mempunyai komitmen yang sangat kuat terhadap kepuasan pelanggan
dengan menyediakan produk-produk yang memenuhi segala persyaratan.
Dengan memusatkan sumber daya yang ada
untuk memastikan dan memenuhi harapan pelanggan, EPFM menghasilkan
produk-produk dengan mutu yang konsisten mengadakan pengiriman produk yang
terpercaya, dan beroperasi secara optimal di dalam skala yang menguntungkan
agar kepuasaan pelanggannya terjamin.
Hal ini hanya dapat diraih dengan
menerapkan perbaikan dan pengembangan yang berkesinambungan, pengawasan proses
yang ketat, keterlibatan SDM secara tepat guna dan komitmen penuh dari
manajemen. EPFM sangat menaruh perhatian pada terpeliharanya sistim pengawasan
mutu produkdan bantuan teknis secara rinci kepada pelanggannya. Saat ini di
perusahaan telah dikembangkan dan diterapkan sistim manajemen mutu ISO
9001:2000 agar dapat lebih fokus dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan untuk
meningkatkan sistem manajemen perusahaan secara menyeluruh.
Perusahaan memiliki
laboratorium pengendalian mutu (QC) yang luas dan modern untuk memantau
kualitas produksi mulai dari penerimaan bahan baku gandum hingga produk jadi
supaya memenuhi standar nasional (SNI untuk tepung terigu) maupun standar
international.Selain itu, kami juga mendapat dukungan penuh dari Pusat
Penelitian Interflour yang berlokasi di Kuala Lumpur,Malasya.
Konsistensi mutu produk-produk kami dapat
diandalkan berkat pengawasan mutu yang berkesinambungan yang dipadukan dengan
pengalaman praktis dan keahlian teknis yang didapatkan secara bertahun-tahun.
Untuk memaksimalkan
operasinya, EPFM selalu menggunakan kombinasi tenaga ahli lokal yang
berpengalaman yang dipadukan dengan tenaga ahli asing. Setelah melalui masa
transisi, kombinasi ini menciptakan suatu proses dimana teknologi yang
senantiasa berkembang dapat terus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat
serta adanya alih teknologi ke karyawan lokal secara terus menerus.
Fasilitas dan karyawan kami berdedikasi
dan propesional siap untuk senantiasa melayani dan memberikan dukungan teknis
terbaik bagi pelanggan dan pengguna produk kami.
Keunggulan lainnya adalah pabriknya yang dekat dengan pelabuhan yang memungkinkan untuk mengambil langsung bahan baku dari kapal- kapal pembawa biji- biji gamdum. Namun disayangkan karena kita masih harus mengimpor bahan baku dari Australia karena di Indonesia belum bisa membudidayakan gamdum dan diperkirakan kebutuhan perusahaan akan bahan baku meskipun Indonesia sudah bisa memproduksi gandum sendiri, tapi pertanyaan yang muncul adalah apakan mampu menyediakan bahan baku setiap harinya, sesuai dengan kebutuhan pabrik ataukah tidak, maka dari segi pemikiran ini juga yang menjadi pertimbangan parusahaan untuk mengimpor bahan baku. Selain itu ketika bahan baku telah berada dekat dengan lokasi yaitu PT. EPFM. Maka pengambilan gamdum itu dengan menggunakan teknologi canggih karena gamdum disedot menggunakan tenaga angin sehingga biji- biji gandum akan masuk ke SILO tanpa harus menggunakan manusia, ketika dimasukkan ke silo, biji- biji gamdum ini dipilih sesuai ukuran bijinya dengan menggunakan system pemamfatan angin sehingga bijinya dapat dipisahkan sesuai ukuran dan menuju ke tempat silo, disana juga terjadi pemishan material yang tidak diperlukan misalnya sampah- sampah yang ikit bersama gandum misalnya batu- batuan ataukan material lainnya, karena di sini kebersihan sangat diutamakan.
Keunggulan lainnya adalah pabriknya yang dekat dengan pelabuhan yang memungkinkan untuk mengambil langsung bahan baku dari kapal- kapal pembawa biji- biji gamdum. Namun disayangkan karena kita masih harus mengimpor bahan baku dari Australia karena di Indonesia belum bisa membudidayakan gamdum dan diperkirakan kebutuhan perusahaan akan bahan baku meskipun Indonesia sudah bisa memproduksi gandum sendiri, tapi pertanyaan yang muncul adalah apakan mampu menyediakan bahan baku setiap harinya, sesuai dengan kebutuhan pabrik ataukah tidak, maka dari segi pemikiran ini juga yang menjadi pertimbangan parusahaan untuk mengimpor bahan baku. Selain itu ketika bahan baku telah berada dekat dengan lokasi yaitu PT. EPFM. Maka pengambilan gamdum itu dengan menggunakan teknologi canggih karena gamdum disedot menggunakan tenaga angin sehingga biji- biji gandum akan masuk ke SILO tanpa harus menggunakan manusia, ketika dimasukkan ke silo, biji- biji gamdum ini dipilih sesuai ukuran bijinya dengan menggunakan system pemamfatan angin sehingga bijinya dapat dipisahkan sesuai ukuran dan menuju ke tempat silo, disana juga terjadi pemishan material yang tidak diperlukan misalnya sampah- sampah yang ikit bersama gandum misalnya batu- batuan ataukan material lainnya, karena di sini kebersihan sangat diutamakan.
Setelah gamdum disimpan
di Silo, maka gandunm ini secara kontinu diberikan semacam percikan- percikan
air untuk menjaga kualitas gamdum dan pemberian air ini juga disesuaikan dengan
produk terigu yang akan dibuat misalnya untuk yang kategori hard maka pemberian
airnya sedikit saja ada juga yang medium dan soft. Tinggal disesuaikan
keinginan. Setiap saat ketika silo sedang kosong menunggu bahan baku, maka
secara berkala dilakukan pembersihan terhada silo, dimana para pekerja yang
terlatih masuk kedalam silo, disini para pekerjanya hanya 4 orang, sedangkan
silo yang harus dibersihkan itu banyak, karena mau tidak mau prinsip persiangan
pasarlah yang memaksa mengurangi tenaga manusia bahkan jika bisa dihilangkan
saja. Para pekerjanya adalah yang telah bersertifikat dan lulus uji karena
pekerjaannya mempertaruhkan nyawa. Ukuran dari setiap silo itu berbeda- beda.
Selain itu juga pemasukan gamdum ke silo itu dari atas karena berprinsip bahwa
jika nanati gamdum dibutuhkan, maka pengambilannya oleh mesin dari bawah,
sehingga mengurangi biaya dan waktu yang ada.
Kekurangan dari pabrik
ini adalah karena sumber masih dari PLN jadi ketika listrik padam maka
proses produksi berhanti dan harus dimulai lagi dari awal, dan penggunaan
listrik juga tidak main- main sekitar 3M lebih, kerena banyak mesin yang
digunakan dan produksi itu dilakukan 24 jam.
Kelebihan dari PT.EPFM
adalah cara pemindahan gamdum dari silo ke pabrik yang berada di tempat
produksi lain ialah menggunakan conveyor untuk memindahkannya.
Biji-biji gamdum juga
diberikan air yang disesuaikan dengan produk terigu yang diingikan serta disini
jika suatu gamdum itu semakin hitam, maka kualitasnya semakin baik karena
memiliki kualitas serat yang tinggi disbanding dengan yang sering kita gunakan
dimana kita lebih mencari yang putih karena alas an lebih berkualitas padahal
sebenarnya salah karena saat terigu yang dihasilkan itu putih artinya ada
banyak material dari gamdum yanzg sebenarnya penting malah ikut dijadikan
sebagai pellet misalnya saja kulit ari gamdum yang tidak diambil.
Di proses pembuatan
terigu juga disesuaikan dengan kebutuhan ada yang khusus untuk kasar, halus dan
sangat halus, dan setiap kira- kira ukup 25 kg, maka otomatis terigu yang sudah
jadi akan masuk ke karung dan siap dipindahkan, disini semua proses menggunakan
system angin agar prosesnya cepat.
Sekarang kapasitas ini
telah menjadi 1300 M ton perhari (4 lini) dengan menerapkan mesin-mesin
berteknologi canggih. Berikut adalah contoh mesin yang digunakan:
Plant-area
|
12834 m2
|
Flour silo
|
9400 mt
|
Flour packer 25kg
|
4800 bags/h
|
Industrial packer 25 kg
|
2x400 bags/h
|
Bran/polar 50kg
|
200 bags/h
|
Warehouse capacity
|
4000 mt
|
City Side Mill dibangun
pada tahun 1999 dan dilengkapi dengan mesin-mesin berteknologi modern dengan
kapasitas 1500 M ton per hari. Sehingga setiap harinya pabrik ini dapat
memenuhi kebutuhan konsumen.
Berikut ini adala table
Sea Side Plant
Plant-area
|
22085 m2
|
Pneumatic ship unloader
|
500 mt/h
|
Wheat silo
|
117940 mt
|
Flour silo
|
4500 mt
|
Industrial flour packer 25kg
|
175 bags/h
|
Flour packer 25kg
|
2400 bags/h
|
Bran/polar 50kg
|
135 bags/h
|
Pellet press capacity
|
4x10 mt/h
|
Pellet silo
|
18000 mt
|
Warehouse capacity
|
4500 mt
|
Berikut ini adala produk
jadi dari gamdum yang sebelumnya diproses misalnya gerbang, gunung pirana, serdadu merah, kawan baru, gatot kaca, dan teko emas.
5. Kaitkan studi kasus PT. EPFM dengan strategi blue ocean dan Green QFD?
Strategi yang diterapkan pada PT. EPFM
disini selain terigu perusahaan ini juga memproduksi pelet yang mana
memanfaatkan dari kulit gandum, cara pembuatannta yaitu dengan menggunakan
mesin pembuata pellet dengan kapasitas yang besar dengan kekuatan tekan yang
besar pula.
Kemudian Green QFD nya hampir tidak ada
sama sekali limbah yang ditimbulkan karena limbah yang dihasilkan dimanfaatkan
lagi pada perusahaan ini, misalnya tadi kulit gamdum untuk dibuat jadi pellet,
jika ada misalkan limbah yang dihasilkan misalnya debu tepung, maka pabrik akan
meminimalisir ulang debu yang ada. Terus diterapkan juga system area bebas
rokok di pabrik.
Semoga Bermanfaat, Jangan Lupa jika ada masukan silahkan berkomentar yang bijak dan sopan pada kolom komentar,
Terima Kasih,
Terima Kasih,
No comments:
Post a Comment